Kisah yang
berawal dari persahabatan
Cinta yang hadir
dari kebersamaan
Cinta yang tak
bisa menyatu
Karena waktu
yang tak berpihak
Cinta yang
melahirkan sebuah penyesalan
Penyesalan yang bermetamorfosis
menjadi garam
Garam Yang
ditaburi diatas luka
Menyiksa kalbu
hingga kedasarnya
Menghidupkan
pilu dan kesedihan
Penyesalan yang
telah merenggut kebahagiannya
Mengubur senyum
dan tawanya
Kini dia bagai
zombie
Raganya hidup
namun hatinya telah mati
_ * * * _
Semua berawal dari pelajaran TIK
(teknologi informasi dan komunikasi),, saat itu kami masih kelas 2 SMP. Guru
membagi kami dalam satu kelompok belajar dimana aku, Aan dan Ira serta Tenry
berada dikelompok 5. Sejak itu aku, Aan,
dan Ira menjaling persahabatan yang begitu erat. Setiap hari kami menghabiskan
waktu bermain maupun ngobrol dikelas dan kadang aku dan Aan kejar-kejaran
dilapangan karena saling mengejek.
_ * * * _
Sebelum jauh melangkah kedepan aku ingin
memperkenalkan sahabat-sahabatku dulu tapi sebelum itu aku perkenalkan diri
dulu iya, nama lengkapku Nurul Nayla Suhendra dipanggil Nayla, kata orang sich
aku itu manis, baik, pesek, dikit bondenkz, ramah, punya mata sipit, dan
cerewet bangetz. Nach sekarang kita menuju ke si Aan yang bernama lengkap Muh.
Febian Prakoso adalah cowok yang humoris, lucu, pintar, baik, tapi jail banget
dan aku sangat menyukai bulu matanya yang panjang dan lentik yang membuatnya
terlihat begitu manis walaupun bibirnya agak dower sich. Okey kita lanjut ke si
Ira wahyuni Fatir atau yang dikenal sebagai Ira adalah cewek yang tinggi,
kurus, baik, cerewet, hobby marah-marah ngak jelas. Dan sahabatku yang satu ini
dia itu baik, udah boncel kurus lagi, manis, pintar banget, dan selalu setia
mendengar curhatku, hemmm namanya Supriadi safar di panggilnya Adrhy. Dia
adalah teman SD aku dan walaupun jarak kami jauh tapi tetap komunikasi diantara
kami lancar.
_ * * * _
Pelajaran jam kedua telah dimulai dan
sekarang kami sedang belajar TIK makanya kami duduk berkelompok. Kelompokku
paling berisik sering kena teguran dan keributan itu adalah ulah aku dan Aan
yang selalu saling mengejek tak ada yang mau mengalah walau sekali-kali ira
mencoba menjadi penengah diantara kami. Karena suka saling mengejek maka
timbullah nama julukan diantara kami dimana Aan menjadi Monyet, Ira jadi
Genderuwo dan untukku????,, menurutku julukan yang paling kejam, yaitu SPKB
(sinting,pongoro,kandala,bengo) yang artinya Gila-gila dan bodoh. Benar-benar
kejam khan?????.ckckck
“hany SPKB” panggilnya sambil
menjulurkan lidah
“Aan Monyet”. Sayapun membalasnya dengan
menyulurkan lidahku lalu mengejarnya untuk memukulnya sampai kami capek sendiri.
“kalian berdua itu sudah kayak tom dan
jerry, tidak malu apa diliatin anak-anak lain??”. Ira pun mulai ceramahi kami
sesampai dikelas.
“tuch si monyet yang duluan”
“kamu tuch yang duluan, dasar SPKB”
“kalian bisa diam ngak?,kupingku sakit
nich dengar kalian berdua bertengkar terus”
“dasar genderuwo, bawel”, ejek kami
bersamaan
“betul-betul
kompak” sambil geleng-geleng kepala
_ * * * _
Waktu terasa
berlalu begitu cepat dan kini kamipun telah memulai awal baru, bukan sebagai
murid SMP lagi tapi predikat kami sekarang ada murid SMA. Aku dan Ira
melanjutkan pendidikan disekolah yang sama,
dan Aan memilih lanjut disekolah yang berbeda tapi komunikasi kami masih
berjalan lancar.
Suatu sore saat
aku., Ira dan teman-teman lagi mengerjakan Tugas diwarnet dan kebetulan saat
itu Aan lagi cukur rambut disalon yang jaraknya dekat dengan warnet yang kami
tempati maka diapun datang nyamperin.
“Hai SPKB”. Aku
mempoutkan bibirku Dan seperti biasa aku selalu membalas panggilannya itu.
“Hai juga
Monyet”.
“kalian itu
benar-benar tidak berubah kalau sudah bertemu” celah Ira
“iiiiihhhh ada
Genderuwo”. Cibirnya
“hahahaha” tawa
kamipun pecah lalu karena aku tak punya fotonya maka akupun menyuruhnya berfoto
kebetulan saat itu saya punya HP yang memiliki kamera. Namun permintaanku itu
tak segampang itu terkabulkan berhubung dia tidak menyukai yang namanya
berfoto, maka keluarlah jurus seribuku dengan merengek padanya.
“Aan pLease satu
kali aja”
“ngak mau, kamukan
bisa pergi melihatku kalau kangen”
“ayolah An,
please-please-please”
“iya An, satu
kali saja” tambah Ira
“okey tapi
jangan berbalik sini”. Diapun mengambil HPku lalu berfoto dan sesuai
permintaannya maka kami tak boleh melihatnya berfoto.
“ya Aan, buka
Helmnya donk, mukamu ngak keliatan nich”
“ngak mau, itu
saja atau sini saya hapus”
“jangan”
_ * * * _
CINTA MEMANG SESUATU YANG TAK SELAMANYA BERAKHIR BAHAGIA,,
CINTA MEMANG SESUATU YANG TAK PERNAH JAUH DARI MASALAH…
Kini kertas
putih itu telah dinodai oleh virus merah jambu, virus yang awalnya memberikan
keindahan namun perlahan membuatnya terlihat kusam.
Semalam aku
SMSan dengan Ira, dia memberiku berita yang entahlah baik atau buruk.
“Nay, aku sudah
jadian sama Aan. Aku sangat Bahagia”.
“what??????,,kok
bisa???”. Aku betul-betul terkejut
“iya, dia nembak
aku semalam. Katanya dia sudah lama menyukaiku sejak kelas 3 SMP. Dia
menyukaiku karena aku baik dan perhatian”
“selamat iya,
moga hubungan kalian takkan pernah merusak persahabatan kita karena aku takkan
pernah rela”
Setelah medengar
itu akupun langsung SMS Aan, ingin mengkomfir kebenarannya.
“Med malam. Gi
ngapaink???”
“malam juga. Gi
main gitar. Kamu??”
“dengerin music.
Dw aku denger kamu sudah pacaran sama Ira????
“ya. Kenapa???
“ngak kenapa-napa.
Cuma mau ngingatin aja, jangan sampai hubungan kalian merusak persahabatan
kita, aku takkan pernah rela”.
“ya”
Hubungan mereka berjalan dengan baik dan
bagiku semuanya berjalan tak ada yang berubah, hemmm ya status mereka tak
mempengaruhi persahabatan kami, kedekatan kami, komunikasi kami pokoknya tak
ada yang berubah. Tapi bagi mereka berdua tentu saja ada yang berubah maybe
panggilan mereka yang sudah ada embel-embel kata sayangnya. Hehehhe KEPO
Dan akhirnya kertas itu mulai robek,
robek karena virus merah jambu yang kini telah bermetamorfosis menjadi virus
merah. Mereka kini telah putus dan itu membuat persahabatan kami diujung
kehancuran. Mereka saling membenci yang membuatku bermetamorfosis menjadi
sebuah lem untuk membuat kertas itu utuh kembali.
Aku benar-benar
bingung mau bagaimana untuk memperbaiki hubungan mereka. Akupun mencurahkan
perasaanku pada Adrhy.
“Drhy,
persahabatanku dengan teman SMPku sedang berada diujung tombak nich???
“kenapa bisa???”
“mereka putus,
dan sekarang tak ada yang mau saling bertemu. Aku harus bagaimana????,,aku ngak
bakal pernah rela persahabatan ini hancur”.
“sabar saja.
Bujuk mereka untuk berbaikan”.
“sudah beberapa
kali aku bujuk. Yang begini nich yang bikin saya lebih memilih persahabatan daripada cinta karena
persahabatan takkan pernah ada kata putusnya”
“betul itu.
Begini saja kamu pura-pura ngambek pada
mereka”.
“okey dech”.
Rencana itupun
aku laksanakan, dan sekarang Aan sudah mau berbaikan tapi karena Ira kepalanya
terbuat dari batu SO saya harus membujuk rayunya setiap hari.
“Ir, ayolah
berbaikan sama Aan”
“Ngak mau. Kalau
kamu terus menyebut namanya didepanku saya bakal lemparin ini sendal kemukamu”
“ngak segitunya
juga kali. Tapi Ir masa kamu tega hancurin persahabatan kita yang
bertahun-tahun ini???”
“saya juga ngak
mau tapi keadaan yang membuat seperti ini”
“ayolah. Kalian
baikan. Saya bisa gila betulan nich gara-gara kalian”.
Berbulan-bulan
keadaan seperti itu, waktu musuhan mereka lebih lama dibanding waktu mereka
pacaran. Dan karena usahaku yang tak mau menyerah akhirnya mereka baikan
kembali dan kembali keawal menjadi seorang Sahabat. Saking senangnya akupun menelpon
Adrhy.
“Adrhy, akhirnya
Ira dan Aan baikan Lagi. Usahaku ngak sia-sia”
“serius?????,,waaah
syukurlah”.
“hemmmm… jadi
pengen nangis. Dw kamu kapan balik????,,kangen”.
“nanti mau
lebaran. Miss you too”.
“awwwww…. Masih
lama bangetz”
_ * * * _
Libur tahun baru
telah tiba. Hari ini aku sedang jalan-jalan kekota dan saat aku hendak pulang
tanpa senggaja aku bertemu Aan diterminal, dia mau kerumah neneknya liburan.
Karena lama ngak bertemu kamipun memilih untuk jalan-jalan dahulu, ngobrol, dan
kebiasaan saat SMP yang sudah melekat kejar-kejaran, pokoknya benar-benar
menyenangkan dan berhubung jam telah menunjukkan pukul 17.00 akupun pulang
kerumah.
Suatu malam
diBulan Februari, ungkapan yang tak pernah aku pikirkan selama ini.
“NayLa, aku
menyukaimu”
“aah kamu An
bercandanya berlebihan dech”
“aku ngak
bercanda Nay. Aku benar-benar menyukaimu sejak dulu”
“ngak mungkin.
Bukankah kamu menyukai Ira?”
“Dia hanya
pelarianku. Aku menyukai bahkan mencintaimu tapi aku ngak berani mengatakannya
padamu. Maukah kamu menjadi pacarku”
“hemmm… maafin
aku An, tapi aku ngak bisa. Kamu tahukan prinsipku, sahabat tetap sahabat. Aku
tak ingin kejadian dulu terulang lagi”
“kumohon. Aku
janji hal itu takkan terjadi”
“maaf. Aku ngak
bisa”.
Aku menolaknya
bukan hanya karena prinsipku tapi juga karena Ira, bagaimana mungkin aku
pacaran sama orang yang aku tahu masih sangat dicintai oleh sahabatku. Aku tak
ingin menjadi duri.
Aan tidak
semudah itu menyerah, hampir setiap malam dia mengatakan perasaannya dan akupun
selalu menjawabnya dengan hal yang sama.
“Maaf tapi
Jawabanku takkan pernah berubah sampai kapanpu, please berhenti”
“baiklah, mulai
sekarang aku takkan pernah menghubungi kamu lagi”
Walaupun Aan
mengatakan tak mau menghubungiku tapi dia tetap SMS saya mengatakan met malam,
met pagi, met siang tapi ada yang berubah, jika aku membalas SMSnya dia tak
membalas balik seperti dahulu. Membuatku merasa sedih sekali.
“Drhy, aku
merasa sangat sedih”
“kamu kenapa???”
“Aan menyatakan
perasaannya padaku”. Aku pun menceritakannya ke Adrhy secara detail.
“apakah kamu
menyukainya?”
“aku tak tahu.
Bagiku dia hanya sebatas Sahabat”
“sabarlah. Biar
waktu dan takdir yang menuntun kalian kejalan yang terbaik”
Setelah seminggu
dia mengacuhkanku, akhirnya malam ini kami bisa SMSan lagi. Aku benar-benar
bahagia.
“maafkan aku
telah mengabaikan SMSmu”
“ya ngak apa-apa
kok. Gimana kabarmu?”
“baik. Kamu?”
“baik juga. Kamu
masih sering komunikasi dengan Ira?”. Masalah antara aku dan Aan hanya Adrhy
yang kuberitahu, aku tak memberitahu Ira karena aku merasa ngak enak hati.
“jarang. Aku
lagi sibuk”
“ough”
_ * * * _
21 Februari
adalah hari yang paling sial untukku. Pertama aku terlambat hingga aku harus
bolos sekolah dan pulang kerumah. Dan kedua, benar-benar sesuatu yang sangat
menyakitkan. Aku baru sampai kerumah, kuletakkan HPku diatas lemari berniat
ganti pakaian tapi HPku berdering kulihat layar Ira menelpon, awalnya aku kira
dia nelpon untuk menanyaiku mengapa ngak masuk sekolah berhubung kami berada
dikelas yang sama.
“halo. Kenapa??”
hanya suara sesegukan yang kudengar sepertinya dia sedang menangis.
“kamu kenapa???kok
kayak sedang nangis” tanyaku lagi
“Nay, Aan
meninggal”.
“Aan siapa?????
“Aan si Monyet”
“bisanya itu, kemarin
saya SMSan kok mha dia”
“serius Nay,
tadi malam dia dioperasi pengangkatan tumor otaknya dan tadi pagi dia meninggal
sekarang masih dalam perjalanan”. hatiku seperti tersetrum listrik puluhan watt,
HP digenggamanku langsung jatuh dan aku diam mematung tak percaya. saya tahu
dia mengidap tumor otak dari SMP namun dia tak mengatakan apa-apa soal
operasinya.
Kupungut kembali
Hpku dan berlari kejalan menahan mobil yang akan kekota. Aku memberitahu Ira
untuk menungguku untuk sama-sama kerumah Aan.
Kulangkahkan
kakiku kepekarangan rumah Aan yang tuk pertama kalinya, kulewati teman-teman
sekolahnya. Mayat Aan belum tiba sedangkan kembarannya sudah beberapa kali
pingsan setiap mendengar tentang Aan.
Hatiku terasa
ditancap paku beribu-ribu butir sangat sakit melihatnya terbuyur kaku. Akupun
tak bisa menahan tangisku, kupandangi wajahnya dan memegang kepalanya yang kini telah botak dengan perban
yang menempel dikepala sebelah kanan. Kusandarkan kepalaku dibahu seorang
wanita tua yang aku tak kenal tapi sepertinya dia gurunya Aan lalu menangis,
tangisanku benar-benar keras membuat orang disekelilingku memandangiku namun
aku tak menghiraukannya. Aku pikir ini adalah tangis terdahsyat keduaku selain
saat nenekku meninggal.
Hatiku
betul-betul hancur, pikiranku masih tak mau percaya, aku beranggapan bahwa ini
hanya mimpi dan dengan gilanya aku SMS Aan.
“medd sore. Kamu
lagi ngapain zob??”
Lama baru ada balasan.
Aku bahagia melihat namanya fikiranku mulai yakin kalau yang tadi hanya mimpi.
“maaf nomor ini
bukan Aan lagi yang pakai, dia sudah meninggal tadi pagi”. Sungguh kenyataan
yang begitu kejam.
Seminggu telah
berlalu, hari ini aku dan Ira berencana mengunjungi makam Aan. Kulewati
beberapa lorong melewati pekarangan rumah dan kini dihadapanku sebuah gundukan
tanah yang masih basah dinisannya
tertulis Muh. Febian Prakoso.
“Ira, ini
mimpikan????”. Tanyaku yang tak ingin mempercayai apa yang ada dihadapanku.
“Nay,aku juga
inginnya ini mimpi tapi sayangnya ini bukan mimpi”, dan kini butir bening telah
lolos jatuh dari dua mata sipitku, kupegang dadaku yang terasa sesak.
“jangan menangis
terus. Mari kita bacakan do,a untuknya”
“hemmm”. Aku dan
Irapun membacakan do’a setelah itu menaburinya bunga lalu kamipun pulang,
lama-lama berada disana rasanya aku takkan sanggup.
Aku tak pernah
menyangka pertemuanku sebulan lalu adalah pertemuan terakhirku. Aku tak pernah
menyangka kegilaan sebulan yang lalu adalah kegilaan terakhir yang kami
lakukan. Mengingat semuanya membuat hati ini semakin sakit, perih, dan sesak.
Sungguh sebuah kenangan terakhir yang indah namun bagaikan pupuk yang
menyuburkan luka dihati ini.
_ * * * _
1 tahun telah
berlalu, dan kini aku sadar tentang perasaanku padanya.
“Nay, ikhlaskan
kepergiannya jangan siksa dirimu”
“aku tak bisa
Adrhy, Hatiku sangat sakit setiap mengingatnya. Aku merindukannya, dan rindu
ini menyiksaku. Aku mencintainya dan aku baru sadar sekarang”. Hikzhikzhikz
“iya tapi bukan
begini caranya Nay, move on”
“aku sangat
menyesal Adrhy, andai waktu itu aku tahu jika itu permintaan terakhirnya”
“jangan kamu
sesali, itu mungkin yang terbaik untuk kalian agar tak lebih menyakitkan”
“jujur, aku
masih tak bisa percaya kalau dia telah tak disini dibumi ini lagi”
“lupakan dia,
jangan membuatnya tak tenang disana”
Walaupun 3 tahun
dia telah hidup disurga, aku masih menganggapnya dia masih disini bersamaku.
Aku merasa disetiap aku bersedih atau kesusahan seakan dia selalu ada disisiku,
disampingku menyemangatiku. Aku sangat mencintainya hingga aku tak pernah
berpikir untuk membuka hati buat yang lain, entahlah hingga sampai kapan, untuk saat ini aku nyaman seperti ini.
Mencintainya dalam diam, merindukannya dalam diam, dan biar waktu yang
menghapus rasa ini.
_ * * * _
Jika aku ditanya
“apakah aku ingin memutar balik waktu?”
Jawabannya
TIDAK.!!!
karena itu lebih
menyakitkan.
Mengapa?????
Karena ada
harapan yang terselip
Harapan yang
hanya akan lahir menambah Luka.
_ THE END_